Kisah
ini dimulai ketika kelulusan sudah ada di depan mata. Saat itu aku begitu
mengalami kebingungan antara melanjutkan ke bangku kuliah ataukah bekerja
seperti yang ayahku inginkan. Namun teman-teman disekelilingku membuatku
terpacu untuk melanjutkan kuliah saja, disamping itu aku memiliki pemikiran
bahwa akan banyak asa terajut di masa kuliah ini nanti, banyak angan yang ingin
aku wujudkan.
Aku
keluar dari gedung sekolah dan menghampiri kerumuman teman-temanku yang sedang
duduk di bangku yang berada di serambi gedung sekolah.
“pie
tik? Sido daftar STAN?” tanyaku kepada temanku Indah.
“Sido
lah bay, wes dadi cita-cita ku kuliah neng STAN.” Jawab Indah.
“Lha
kowe piye? Daftar STAN opo UGM?” lanjutnya.
“Aku
daftar UNS kok tik, UGM passinggrade’e dhuwur, wedi yen ra ketompo aku.”
Jawabku dengan sedikit putus asa.
“Jare
arep daftar STAN?, yowes sukses ya bay!”
Menjadi
mahasiswa STAN adalah keinginan terbesarku. Akan tetapi tahun 2011 STAN membuat
keputusan yang membuatku sedikit kecewa, dimana penerimaan untuk mahasiswa D3
tidak dibuka. Lantas aku mencoba membulatkan tekad untuk memasuki PTN.
Dan
hari pun berganti, H-2 sebelum SNMPTN tulis 2011 aku dan teman-temanku banyak menghubungi
tentor dan bertanya tentang jadwal belajar tambahan yang memang menjadi
fasilitas yang disediakan oleh bimbel yang aku dan teman-temanku ikuti. Belajar
menjadi rutinitas harian kami anak-anak SMK yang ingin diterima di PTN dan
harus bersaing dengan anak-anak SMA lainnya yang notabene keilmuan mereka lebih
diatas kami.
H-1
SNMPTN tulis 2011, hari yang cukup sibuk untuk dijalani, aku cukup gugup dengan
esok hari. Tidak yakin dengan kemampuan sendiri adalah musuh terbesarku.
Disetiap kali hasil try out dipajang di papan pengumuman aku belum pernah
mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini membuatkan menurunkan ambisiku untuk
menembus UGM, Universitas terbaik di Indonesia. Dan pilihanku pun jatuh di UNS.
Meskipun jurusan yang aku pilih saat itu adalah hasil pelarian, tapi aku cukup
senang bisa diterima di PTN, dan karena UNS berada di dekat rumah biaya yang
dikeluarkan pun tidaklah sebesar jika aku kuliah di luar kota.
Awalnya
aku merasa sangat senang, bertemu teman-teman dari berbagai daerah dan bisa merasakan
bangku kuliah. Hal yang menjadi keinginanku selama ini. Aku pun mulai berkawan
baik dengan Deta, Pipit (nama aslinya alifia entah kenapa dia dipanggil pipit),
fitri, ferdinan, faisal, amal, dan teman-teman lain.
Selama
setengah tahun aku merasa bahwa jurusan ini tidaklah cocok denganku, dengan
perolehan IP 2,85 aku merasa begitu bodoh. Lalu keinginan untuk pindah jurusan
itu pun datang. Melihat beberapa temanku yang melanjutkan di bidang farmasi
sesuai dengan bidang ayang aku tekuni di SMK, muncul ambisi untuk kembali
memasuki Fakultas Farmasi UGM. Aku pun membicarakan ini kepada ibuku. Awalnya
beliau tidak mendukung, begitu pula ketika hal ini aku bicarakan dengan ayahku,
beliau langsung memarahiku. Memang suatu keinginan yang tidak bijak, dimana aku
mengedepankan emosi dan ambisi dibandingkan akal sehat. Walau demikian aku juga
menunggu pembukaan pendaftaran maba dan miba STAN. Tetapi penantianku hanya
berbalas kekecewaan. Meskipun demikian, aku tetap menginginkan berpindah
jurusan dan aku mulai melakukan berbagai persiapan seperti belajar lagi materi
SMA.
Kuliah
di UNS pun tetap aku jalani untuk semester selanjutnya. Aku berada pada posisi,
jika tidak diterima di SNMPTN 2012 IP ku harus bagus, dan jika diterima yah
mungkin memang jalanku bukan di jurusan tsb. Saat nenek mendengar keinginanku
untuk masuk UGM dan alasan yang aku utarakan akhirnya beliau memberikan jalan
dengan memberi sejumlah uang yang bisa aku gunakan untuk pendaftaran. Tapi
keadaan ayah yang terus menentang ku akupun berfikir lagi. Biaya kuliah di UGM
tidaklah murah. Belum lagi kos dan biaya hidup. Perasaan putus asa pu kembali
menyerang, niatan mendaftar UGM ku goyah. Lalu dengan banyak pertimbangan aku
putuskan mendaftar UNS dan UGM sebagai pilihan kedua.
Tes
tulis pun aku jalani hanya dengan bermodalkan belajar mandiri. Tapi entah
kenapa rasanya tahun 2012 menjadi tahun yang tidak terlalu susah bagiku
mengerjakan soal SNMPTN. Dan keyakinanku diterima pun terwujud, Meskipun bukan
di UGM tapi aku cukup senang bisa diterima di jurusan yang aku sukai.
Bertemu
dengan anak-anak baru dan menjalin kisah baru di jurusan yang berbeda di kampus
yang sama. Banyak kisah yang aku lalui di jurusan tersebut. banyak hal yang
membuatku merasa “yah mungkin ini memang takdirku untuk berada disini”. Akan
tetapi kehidupanku di kampus semakin rumit saja. Banyak masalah timbul di saat
yang tidak tepat. Banyak aktivitas pula yang aku harus jalani menjadikan kuliah
ku kacau.
Satu
tahun hampir selesai dan pengumuman itu datang. “Penerimaan Mhasiswa Baru Prodip
I dan III Sekolah Tinggi Akuntansi Negara”, hal ini membuatku buyar. Antara
mengejar impianku sejak jaman sekolah atau melanjutkan belajarku disini. Ya!
Aku memutuskan mengikuti USM STAN. Karena saat itu prinsipku adalah “Nothing to
Lose”, tidak perlu merasa kehilangan jika tidak diterima sekalipun.
Seperti
sebelumnya, aku selalu melakukan persiapan, keingianku mendaftar kali ini
didukung oleh ibuku. Dengan persiapan sekitan satu bulan lebih dan bermodal
nekat aku pun mengikuti tes. Merasa gugup pasti, karena pendaftar mencapai
lebih dari delapan puluh ribu dan memperebutkan delapan jurusan. Aku pun mulai
tenang, tidak seperti sebelum-sebelumnya yang merasa gugup sebelum melihat
pengumuman.
Karena
tidak memiliki modem, aku memutuskan untuk melihat pengumuman pada keesokan
harinya. Dan malam itu datang SMS dari sahabatku
“selamat
ya bay, lolos tahap satu”. Aku yang tenang tiba-tiba menjadi tidak tenang
karena begitu senangnya. Dan setelah keesokan harinya aku pun memberanikan diri
melihat pengumuman, yak ternyata benar aku lolos tahap satu dan harus menempuh
tes selanjutnya, yakni wawancara dan tes kesehatan.
Aku
pun mulai melakukan berbagai persiapan tes kesehatan, karena jujur aku jarang
melakukan aktivitas olahraga dikarenakan rasa malas. (hehehe)
Keinginan
untuk diterima pun semakin besar, dan aku banyak melakukan latihan fisik
seperti push up, sit up, lari ditempat setiap malamnya karena pada waktu itu
bulan puasa. Lebaran pun tiba dan pada waktu itu ayahku sudah mengetahui aku
lolos tahap satu STAN setelah aku merahasiakannya selama ini.
Hari
minggu 18 Agustus 2013. Aku kesulitan tidur karena berasa sangan gugup sebelum
wawancara keesokan harinya. Pukul 23.00 WIB aku mencoba memejamkan mataku
Meskipun begitu sulitnya dan entah kenapa aku merasa kedinginan, aku pikir itu
wajar tapi ternyata aku mengalami demam tinggi. Dan tak hanya itu perutku pun
terasa begitu sakit.
Pukul
23.45 WIB demamku tak kunjung turun dan perutku masih sangat sakit Meskipun ibu
sudah memberikan terapi ala jawa, “Kerokan”. Pukul 02.04 WIB, aku meminta
ayahku untuk mengantar aku ke rumah sakit 24 jam. Hawa dingin semakin membuatku
pusing. Sesampainya di RS dokter pun memberikan injeksi dan obat minum. Pukul
2.30 WIB, sesampainya di rumah obat yang diberikan dokter aku minum dan syukur
Alhamdulillah kondisiku pun mulai membaik.
Hari
Tes Wawancara, badanku masih begitu lemas, akan tetapi aku harus segera
berangkat ke Jogja untuk melakukan tes wawancara. Ibuku sempat membujuk ayahku
untuk mengantarkan aku, tetapi ayahku menolak dengan alasan ada janji pekerjaan
yang tidak bisa dia batalkan. Akhirnya aku pun berangkat sendiri dengan kondisi
yang belum begitu baik.
Sampai
di BDK jogja aku mendapat nomer antrian 203. Setelaah menunggu sekian lama
pukul 14.23 aku pun mendapat kesempatan untuk mengisi formulir wawancara.
Setelah setengah jam menunggu akhirnya kami pun dipanggil untuk melakukan tes
wawancara. Banyak pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara, namun hal yang
paling banyak ditanyakan adalah tentang keorganisasian. Aku berusaha menjawab
semampuku. Karena prinsipku dari awal adalah “nothing to lose”. Pukul 15.30 aku
pulang setelah sholat ashar di BDK jogja.
Pukul
5 sore ayahku mengantarkanku ke dokter langganan keluarga kami, disana aku
divonis gejala usus buntu. Dan dokter tersebut menyarankan untuk opname dan
operasi. Gila! Dalam hatiku. Sontak ayahku pun berkata, “lha anak saya ini
besok harus tes kesehatan STAn itu dok, tidak bisa dikasih obat saja?”.
“
hah? Tes STAN? Lha keadaannya seperti ini, apa bisa?” dokter itu meragukan aku.
Lalu
dokter itu memberikan sejumlah obat minum dan sebuah injeksi. Sampai dirumah
aku putuskan untuk minum obat lalu istirahat. Keesokan harinya keaadaanku masih
belum sehat. Tapi lagi-lagi aku memaksakan diriku, dengan tekat bahwa ini
kesempatan terakhirku. Aku pun sudah janjian dengan temanku untuk minta tolong
diantar ke jogja. Saat di jalan perut pun berkontraksi, efek dari obat yang aku
minum.
Setelah
ke kamar mandi, tubuhku terasa lebih baik kini, nyeri yang kemarin aku alami
kini tak terasa lagi. Kepercayaan diriku pun muncul, saat itu aku menunggu
antrian cukup lama. Setelah beberapa jam menunggu akhirnya giliranku pun tiba.
Pemeriksaan
kesehatan dimulai dengan pengukuran tinggi dan berat badan, dilanjutkan tensi,
tes buta warna dan tes mata menggunakan sebuah alat. Lalu diperiksa oleh
petugas lagi, dan setelah dinyatakan sehat aku diperbolehkan menikuti tes
kebugaran.
Kini
kesungguhanku diuji, dengan kondisi yang tidak begitu bugar, aku harus
menjalani tes lari 12 menit dan juga suttle run. Aku hanya berdoa semoga Allah
memberiku kelancaran. Tak lama kami menunggu dan akhirnya kami harus bersiap di
garis start. Aku berada pada satu baris sebelum baris terakhir. Tes pun dimulai
dengan aba-aba dari panitia. aku memacu lariku tidak lah sangat cepat atau
sangat lamban, aku berusaha lari dengan sebaik aku bisa. Dan aku sangat
bersyukur aku dapatkan jumlah putaran yang cukup, sungguh kalau bukan atas izin
Allah mungkin aku tidak akan mampu melewati tes ini. Tapi Allah menunjukkan
kuasanya, fisikku tidak mengalami kelelahan Meskipun lari 12 menit di siang
hari. Aku sangat bersyukur, karen Allah memberikan jalan kepadaku. Dan
selanjutnya aku menyerahkan segala keputusan kepada Allah SWT.
Dan
hari pengumuman itu pun datang. Entah kenapa aku merasakan perasaan yang tidak
enak, rasa takut kecewa atau entahlah. Dan keterbatasanku membuatku semakin tak
menentu. Kembali lagi temanku yang memberitahuku lewat SMS
“congrats!
STAN Akuntansi, selamat ya bayu …” membuatku merasakan antara senang dan
gundah. Dan setelah aku melihat dengan mataku sendiri, berjuta rasa seolah
tiada bisa terbendung. Kini tercapai sudah apa yang menjadi keinginanku. Dan
karena ini adalah kepindahanku yang ketiga kalinya maka aku tidak akan pernah
menyia-nyikannya, aku harus belajar dengan baik, sehingga nantinya orang tuaku
tidak lagi pusing karenaku yang banyak ulah.
Satu
pesan untuk pembaca yang budiman, ketika kamu memiliki impian, mimpi dan
cita-cita maka kejarlah, wujudkanlah dan jadikan mimpimu bukan hanya diangan.
Tapi ingatlah bahwa kamu selalu memiliki pilihan dan pilihan itu kamu sendiri
yang mennetukan.