*gelisah*
Pukul 23.30 WIB
Telah banyak
cara kucoba untuk menawar kegelisahan yang terjadi saat itu, tapi tak berhasil.
Rasa takut, dan kurang percaya diri selalu membayang kemanapun aku pergi.
Meskipun ini ketiga kalinya, aku pun hanya bisa berpasrah.
Kulihat
ibuku sesekali terbangun dari tidurnya, melihatku lalu bertanya “kenapa jam
segini nggak tidur juga?”, aku pun hanya terdiam. Dan Beliau kembali terlelap
dalam tidurnya.
Pukul 00.15 WIB
Kubuka laman
twitter dan menemukan postingan baru di kronologiku. Tak tahu harus berbuat
apa, karena telepon genggam yang aku pakai tidak bisa digunakan untuk membuka
format pdf. Rasa kegelisahan itu pun memuncak. Meskipun ini ketiga kalinya, ak
tetap tidak bisa mengatasi hal yang sama untuk kejadian serupa. Aku pun mulai
sedikit putus asa. Lalu telepon genggam ku yang lain pun bordering. Ternyata
dari seorang temanku yang memberiku selamat atas keberhasilanku lolos dalam
ujian saringan dan masuk spesialisasi akuntansi. Karena belum memastikan dengan
melihat pengumuman itu sendiri, aku pun menganggapnya sebagai candaan yang
sedikit serius. Dan aku memaksakan diriku untuk tidur.
Pukul 04.03 WIB
Suara iqomah
membangunkanku dan aku pun langsung beranjak pergi ke masjid. Seusai sholat
subuh aku berdoa “Ya Allah, Ya Rabb, aku pasrahkan semuanya kepadamu, Engkau
Mahatahu apa yang terbaik bagi hamba, tetapi jangan biarkan orang tua hamba
sedih apapun hasilnya.”
Sepulang
dari masjid, ibu ku pun bertanya padaku “ bagaimana hasilnya? Sudah keluar
kan?” tanyanya. “Sudah Buk, Cuma nggak bisa lihat lewat HP ku, nanti aku lihat
dikampus saja” jawabku. “Coba pinjem HPnya Bulik”, “Nggak usah nanti aku lihat
dikampus saja”.
Pukul 05.30 WIB
Kebisaanku
setiap pagi adalah menyapu teras dan pelataran depan rumah, pagi itu Bulikku
juga sedang meyapu rumahnya yang memang berada disamping rumahku. Saat sudah
separuh bagian aku sapu, tetanggaku depan rumah berjalan keluar rumahnya
sembari mengucapkan selamat kepadaku “ Selamat ya Yu, keterima di STAN, tadi
mas Adi lihat pengumuman kamu ketrima di jurusan Akuntansi.” Katanya. “Ah,
masak Pak? Saya malah belum lihat Pak” kataku dengan senyum yang tak bisa ku
sembunyikan.
Perasaan
senang itu pun tak bisa ku sembunyikan, mendadak hariku seolah berganti indah
karena diterima di kampus yang aku idam-idamkan sejak sebelum lulus dari
sekolahku. Sebuah pencapaian luar biasa yang tak pernah aku sangka-sangka
sebelumnya.
*perpisahan*
Pagi itu aku
berangkat ke kampus untuk memastikan kebenaran berita-berita yang disampaikan
beberapa orang kepadaku. Sesampainya dikampus, kuhampiri dua emanku yang sudah
duduk manis di gazebo kampus, kudekati mereka lalu temanku Budi memberiku
ucapan selamat. Lalu kubuka notebook ku dan mencoba mengakses website STAN.
Setelah tiga
orang memberiku selamat perasaan ragu pun hilang. Dan benar saja nama ku ada di
pengumuman tersebut beserta nama tiga temanku lainnya. Selanjutnya aku harus
menghadapi perpisahan untuk kedua kalinya dengan teman-teman sekelasku. Disisi
lain aku ber syukur dan sangat-sangat bersyukur atas Karunia yang Allah berikan
ini. Rasa senang ini segera bercampur kesedihan harus berpisah dengan
teman-teman seperjuanganku.Meskipun demikian aku percaya jika kami memang
berjodoh Allah akan mempertemukan kami dalam suatu perjumpaan kembali. Satu hal
yang tidak bisa aku ekspresikan, bahkan aku tak tahu harus bersikap seperti
apa.
Setelah perjumpaan
terakhir dengan teman-temanku hari itu pun ku lanjutkan dengan mengemasi
barang-barang yang akan ku bawa ke perantauan. Membereskan kamar yang akan ku
tinggal selama berbulan-bulan. Meninggalkan
kenyamanan kamar yang menjadi saksi bisu tumbuh kembangku sampai umur 19 tahun
ini.
Dan hari itu pu datang, hari
keberangkatan ku dan hari perjumpaan terakhir ku dengan ibuku sebelum aku
merantu untuk pertama kalinya. Sedih , haru dan bahagia semua campur aduk,
bersama kereta bengawan kutinggalkan Solo menuju Jakarta. Menuju Kampus Baru ku, Kampus Ketiga ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar