Rabu, 18 September 2013

Jalan Panjang Menuju STAN

Sekelumit kisah ini mungkin bisa menjadi pelajaran bagi pembaca yang budiman sekalian.
Kisah ini dimulai ketika kelulusan sudah ada di depan mata. Saat itu aku begitu mengalami kebingungan antara melanjutkan ke bangku kuliah ataukah bekerja seperti yang ayahku inginkan. Namun teman-teman disekelilingku membuatku terpacu untuk melanjutkan kuliah saja, disamping itu aku memiliki pemikiran bahwa akan banyak asa terajut di masa kuliah ini nanti, banyak angan yang ingin aku wujudkan.
Aku keluar dari gedung sekolah dan menghampiri kerumuman teman-temanku yang sedang duduk di bangku yang berada di serambi gedung sekolah.
“pie tik? Sido daftar STAN?” tanyaku kepada temanku Indah.
“Sido lah bay, wes dadi cita-cita ku kuliah neng STAN.” Jawab Indah.
“Lha kowe piye? Daftar STAN opo UGM?” lanjutnya.
“Aku daftar UNS kok tik, UGM passinggrade’e dhuwur, wedi yen ra ketompo aku.” Jawabku dengan sedikit putus asa.
“Jare arep daftar STAN?, yowes sukses ya bay!”
Menjadi mahasiswa STAN adalah keinginan terbesarku. Akan tetapi tahun 2011 STAN membuat keputusan yang membuatku sedikit kecewa, dimana penerimaan untuk mahasiswa D3 tidak dibuka. Lantas aku mencoba membulatkan tekad untuk memasuki PTN.
Dan hari pun berganti, H-2 sebelum SNMPTN tulis 2011 aku dan teman-temanku banyak menghubungi tentor dan bertanya tentang jadwal belajar tambahan yang memang menjadi fasilitas yang disediakan oleh bimbel yang aku dan teman-temanku ikuti. Belajar menjadi rutinitas harian kami anak-anak SMK yang ingin diterima di PTN dan harus bersaing dengan anak-anak SMA lainnya yang notabene keilmuan mereka lebih diatas kami.
H-1 SNMPTN tulis 2011, hari yang cukup sibuk untuk dijalani, aku cukup gugup dengan esok hari. Tidak yakin dengan kemampuan sendiri adalah musuh terbesarku. Disetiap kali hasil try out dipajang di papan pengumuman aku belum pernah mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini membuatkan menurunkan ambisiku untuk menembus UGM, Universitas terbaik di Indonesia. Dan pilihanku pun jatuh di UNS. Meskipun jurusan yang aku pilih saat itu adalah hasil pelarian, tapi aku cukup senang bisa diterima di PTN, dan karena UNS berada di dekat rumah biaya yang dikeluarkan pun tidaklah sebesar jika aku kuliah di luar kota.
Awalnya aku merasa sangat senang, bertemu teman-teman dari berbagai daerah dan bisa merasakan bangku kuliah. Hal yang menjadi keinginanku selama ini. Aku pun mulai berkawan baik dengan Deta, Pipit (nama aslinya alifia entah kenapa dia dipanggil pipit), fitri, ferdinan, faisal, amal, dan teman-teman lain.
Selama setengah tahun aku merasa bahwa jurusan ini tidaklah cocok denganku, dengan perolehan IP 2,85 aku merasa begitu bodoh. Lalu keinginan untuk pindah jurusan itu pun datang. Melihat beberapa temanku yang melanjutkan di bidang farmasi sesuai dengan bidang ayang aku tekuni di SMK, muncul ambisi untuk kembali memasuki Fakultas Farmasi UGM. Aku pun membicarakan ini kepada ibuku. Awalnya beliau tidak mendukung, begitu pula ketika hal ini aku bicarakan dengan ayahku, beliau langsung memarahiku. Memang suatu keinginan yang tidak bijak, dimana aku mengedepankan emosi dan ambisi dibandingkan akal sehat. Walau demikian aku juga menunggu pembukaan pendaftaran maba dan miba STAN. Tetapi penantianku hanya berbalas kekecewaan. Meskipun demikian, aku tetap menginginkan berpindah jurusan dan aku mulai melakukan berbagai persiapan seperti belajar lagi materi SMA.
Kuliah di UNS pun tetap aku jalani untuk semester selanjutnya. Aku berada pada posisi, jika tidak diterima di SNMPTN 2012 IP ku harus bagus, dan jika diterima yah mungkin memang jalanku bukan di jurusan tsb. Saat nenek mendengar keinginanku untuk masuk UGM dan alasan yang aku utarakan akhirnya beliau memberikan jalan dengan memberi sejumlah uang yang bisa aku gunakan untuk pendaftaran. Tapi keadaan ayah yang terus menentang ku akupun berfikir lagi. Biaya kuliah di UGM tidaklah murah. Belum lagi kos dan biaya hidup. Perasaan putus asa pu kembali menyerang, niatan mendaftar UGM ku goyah. Lalu dengan banyak pertimbangan aku putuskan mendaftar UNS dan UGM sebagai pilihan kedua.
Tes tulis pun aku jalani hanya dengan bermodalkan belajar mandiri. Tapi entah kenapa rasanya tahun 2012 menjadi tahun yang tidak terlalu susah bagiku mengerjakan soal SNMPTN. Dan keyakinanku diterima pun terwujud, Meskipun bukan di UGM tapi aku cukup senang bisa diterima di jurusan yang aku sukai.
Bertemu dengan anak-anak baru dan menjalin kisah baru di jurusan yang berbeda di kampus yang sama. Banyak kisah yang aku lalui di jurusan tersebut. banyak hal yang membuatku merasa “yah mungkin ini memang takdirku untuk berada disini”. Akan tetapi kehidupanku di kampus semakin rumit saja. Banyak masalah timbul di saat yang tidak tepat. Banyak aktivitas pula yang aku harus jalani menjadikan kuliah ku kacau.
Satu tahun hampir selesai dan pengumuman itu datang. “Penerimaan Mhasiswa Baru Prodip I dan III Sekolah Tinggi Akuntansi Negara”, hal ini membuatku buyar. Antara mengejar impianku sejak jaman sekolah atau melanjutkan belajarku disini. Ya! Aku memutuskan mengikuti USM STAN. Karena saat itu prinsipku adalah “Nothing to Lose”, tidak perlu merasa kehilangan jika tidak diterima sekalipun.
Seperti sebelumnya, aku selalu melakukan persiapan, keingianku mendaftar kali ini didukung oleh ibuku. Dengan persiapan sekitan satu bulan lebih dan bermodal nekat aku pun mengikuti tes. Merasa gugup pasti, karena pendaftar mencapai lebih dari delapan puluh ribu dan memperebutkan delapan jurusan. Aku pun mulai tenang, tidak seperti sebelum-sebelumnya yang merasa gugup sebelum melihat pengumuman.
Karena tidak memiliki modem, aku memutuskan untuk melihat pengumuman pada keesokan harinya. Dan malam itu datang SMS dari sahabatku
“selamat ya bay, lolos tahap satu”. Aku yang tenang tiba-tiba menjadi tidak tenang karena begitu senangnya. Dan setelah keesokan harinya aku pun memberanikan diri melihat pengumuman, yak ternyata benar aku lolos tahap satu dan harus menempuh tes selanjutnya, yakni wawancara dan tes kesehatan.
Aku pun mulai melakukan berbagai persiapan tes kesehatan, karena jujur aku jarang melakukan aktivitas olahraga dikarenakan rasa malas. (hehehe)
Keinginan untuk diterima pun semakin besar, dan aku banyak melakukan latihan fisik seperti push up, sit up, lari ditempat setiap malamnya karena pada waktu itu bulan puasa. Lebaran pun tiba dan pada waktu itu ayahku sudah mengetahui aku lolos tahap satu STAN setelah aku merahasiakannya selama ini.
Hari minggu 18 Agustus 2013. Aku kesulitan tidur karena berasa sangan gugup sebelum wawancara keesokan harinya. Pukul 23.00 WIB aku mencoba memejamkan mataku Meskipun begitu sulitnya dan entah kenapa aku merasa kedinginan, aku pikir itu wajar tapi ternyata aku mengalami demam tinggi. Dan tak hanya itu perutku pun terasa begitu sakit.
Pukul 23.45 WIB demamku tak kunjung turun dan perutku masih sangat sakit Meskipun ibu sudah memberikan terapi ala jawa, “Kerokan”. Pukul 02.04 WIB, aku meminta ayahku untuk mengantar aku ke rumah sakit 24 jam. Hawa dingin semakin membuatku pusing. Sesampainya di RS dokter pun memberikan injeksi dan obat minum. Pukul 2.30 WIB, sesampainya di rumah obat yang diberikan dokter aku minum dan syukur Alhamdulillah kondisiku pun mulai membaik.
Hari Tes Wawancara, badanku masih begitu lemas, akan tetapi aku harus segera berangkat ke Jogja untuk melakukan tes wawancara. Ibuku sempat membujuk ayahku untuk mengantarkan aku, tetapi ayahku menolak dengan alasan ada janji pekerjaan yang tidak bisa dia batalkan. Akhirnya aku pun berangkat sendiri dengan kondisi yang belum begitu baik.
Sampai di BDK jogja aku mendapat nomer antrian 203. Setelaah menunggu sekian lama pukul 14.23 aku pun mendapat kesempatan untuk mengisi formulir wawancara. Setelah setengah jam menunggu akhirnya kami pun dipanggil untuk melakukan tes wawancara. Banyak pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara, namun hal yang paling banyak ditanyakan adalah tentang keorganisasian. Aku berusaha menjawab semampuku. Karena prinsipku dari awal adalah “nothing to lose”. Pukul 15.30 aku pulang setelah sholat ashar di BDK jogja.
Pukul 5 sore ayahku mengantarkanku ke dokter langganan keluarga kami, disana aku divonis gejala usus buntu. Dan dokter tersebut menyarankan untuk opname dan operasi. Gila! Dalam hatiku. Sontak ayahku pun berkata, “lha anak saya ini besok harus tes kesehatan STAn itu dok, tidak bisa dikasih obat saja?”.
“ hah? Tes STAN? Lha keadaannya seperti ini, apa bisa?” dokter itu meragukan aku.
Lalu dokter itu memberikan sejumlah obat minum dan sebuah injeksi. Sampai dirumah aku putuskan untuk minum obat lalu istirahat. Keesokan harinya keaadaanku masih belum sehat. Tapi lagi-lagi aku memaksakan diriku, dengan tekat bahwa ini kesempatan terakhirku. Aku pun sudah janjian dengan temanku untuk minta tolong diantar ke jogja. Saat di jalan perut pun berkontraksi, efek dari obat yang aku minum.
Setelah ke kamar mandi, tubuhku terasa lebih baik kini, nyeri yang kemarin aku alami kini tak terasa lagi. Kepercayaan diriku pun muncul, saat itu aku menunggu antrian cukup lama. Setelah beberapa jam menunggu akhirnya giliranku pun tiba.
Pemeriksaan kesehatan dimulai dengan pengukuran tinggi dan berat badan, dilanjutkan tensi, tes buta warna dan tes mata menggunakan sebuah alat. Lalu diperiksa oleh petugas lagi, dan setelah dinyatakan sehat aku diperbolehkan menikuti tes kebugaran.
Kini kesungguhanku diuji, dengan kondisi yang tidak begitu bugar, aku harus menjalani tes lari 12 menit dan juga suttle run. Aku hanya berdoa semoga Allah memberiku kelancaran. Tak lama kami menunggu dan akhirnya kami harus bersiap di garis start. Aku berada pada satu baris sebelum baris terakhir. Tes pun dimulai dengan aba-aba dari panitia. aku memacu lariku tidak lah sangat cepat atau sangat lamban, aku berusaha lari dengan sebaik aku bisa. Dan aku sangat bersyukur aku dapatkan jumlah putaran yang cukup, sungguh kalau bukan atas izin Allah mungkin aku tidak akan mampu melewati tes ini. Tapi Allah menunjukkan kuasanya, fisikku tidak mengalami kelelahan Meskipun lari 12 menit di siang hari. Aku sangat bersyukur, karen Allah memberikan jalan kepadaku. Dan selanjutnya aku menyerahkan segala keputusan kepada Allah SWT.
Dan hari pengumuman itu pun datang. Entah kenapa aku merasakan perasaan yang tidak enak, rasa takut kecewa atau entahlah. Dan keterbatasanku membuatku semakin tak menentu. Kembali lagi temanku yang memberitahuku lewat SMS
“congrats! STAN Akuntansi, selamat ya bayu …” membuatku merasakan antara senang dan gundah. Dan setelah aku melihat dengan mataku sendiri, berjuta rasa seolah tiada bisa terbendung. Kini tercapai sudah apa yang menjadi keinginanku. Dan karena ini adalah kepindahanku yang ketiga kalinya maka aku tidak akan pernah menyia-nyikannya, aku harus belajar dengan baik, sehingga nantinya orang tuaku tidak lagi pusing karenaku yang banyak ulah.

Satu pesan untuk pembaca yang budiman, ketika kamu memiliki impian, mimpi dan cita-cita maka kejarlah, wujudkanlah dan jadikan mimpimu bukan hanya diangan. Tapi ingatlah bahwa kamu selalu memiliki pilihan dan pilihan itu kamu sendiri yang mennetukan.


1 komentar:

  1. Subhanallah..setelah membaca ini, saya menjadi semnagat lagi untuk belajar latihan soal-soal STAN. Bismillah..semoga ini jalan hidup saya..Aamiin...

    BalasHapus